Selasa, 14 Februari 2012

Valentine’s Day: Antara Ritual, Bisnis dan Kerawanan Moral


Tepat pada tanggal 14 Februari, Valentine’s Day menyapa Indonesia. Peringatan yang datang dari dunia Barat, tepatnya romawi ini, dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Awalnya ungkapan tersebut hanya diwujudkan muda-mudi kepada kekasihnya. Tapi seiring waktu, perayaan ini diperluas menjadi kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya.

Valentine’s Day identik pula dengan tukar-menukar kado. Bisa berupa coklat, bunga, perhiasan, kaset/CD maupun hadiah spesial lainnya. Disadari atau tidak, perayaan ini pun telah diserap oleh muda-mudi negeri garuda ini menjadi gaya hidup yang senantiasa dilestarikan. Bahkan kini, perayaan ini dilirik pebisnis besar sebagai lahan uang baru yang sangat menggiurkan. Maka jadilah mal ataupun pusat perbelanjaan, penuh dengan pernak-pernik Valentine’s Day. Nuansa pink berhiaskan bunga mawar, balon berbentuk hati dan coklat, nyaris ditemui di sentra-sentra perbelanjaan dan tempat penginapan. Setiap helaian pita atau balon, selalu tergores nama seorang tokoh Roma pada abad ketiga, St. Valentine, yang hingga kini masih diperdebatkan kebenarannya.

Terlepas berbagai keriuhannya, tahukah Mereka, pecinta hari Valentine, terhadap sejarah Pinky Day itu? Coba tanyakan kepada anak, adik, kakak ataupun sahabat Anda tentang arti Valentine’s Day. Hampir dipastikan, sebagian besar remaja Indonesia mengartikannya dengan tidak tepat. Kebanyakan mengartikannya sebagai hari kasih sayang. Benarkah? Bagaimana pula dengan asal mula munculnya hari valentine?