Kamis, 17 Maret 2011

Guruku Orang Tua keduaku ...


Tulisan berikut ini aku persembahkan sebagai rasa terimakasihku yang tiada terhingga pada Bapak / Ibu Guruku yang mengajarku di Sekolah Menengah Teknologi Pertanian Sitiung.

Terutama pada seorang Ibu guruku yang aku cintai, kusayangi dan kuhormati, yang kebetulan beliau mengajar salah satu mata pelajaran yang paling aku sukai, yaitu “Kimia”, dan kebetulan juga beliaulah yang menjadi Wali Kelasku di masa – masa akhir sekolahku (kelas III). Sehari-hari beliau selalu menggunakan Jilbab dengan penampilan sederhana dan bersahaja, tatapan matanya teduh dan keibuan. Tak pernah sekalipun kudengar beliau mengeluarkan suara atau kata-kata yang keras apalagi kasar. Senakal dan sebandel apapun aku atau teman-temaku, belum pernah sekalipun beliau memarahi kami.

Berikut ceritaku ….
Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP) Sitiung – Sumatera Barat. Disitulah selama 3 tahun aku mengenyam pendidikan, mulai pada pertengahan tahun 1990 sampai dengan pertengahan tahun 1993. Aku mengambil salah satu jurusan dari 4 jurusan yang ada kala itu, yaitu jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP). Dari awal masa pendidikan, aku dan beberapa temanku yang berasal dari satu daerah (Ma. Bungo) cendrung memiliki prilaku yang lebih bandel ketimbang teman – teman yang berasal dari lain daerah, kami sering menyebut kelompok kami dengan sebutan “Budak Jambi”.

Aku terlahir dalam keluarga yang tergolong kurang mampu, orang tuaku (Bapakku) seorang pekerja bangunan (tukang), pada tahun pertama aku beruntung termasuk salah satu siswa berprestasi dan mendapatkan beasiswa “SUPERSEMAR”. Ekonomi keluarga yang pas-pasan dan cendrung kurang stabil berimbas kepada sering tersendatnya biaya sekolahku, dan secara kejiwaan ini berimbas pula pada prilakuku sehari-hari.

Mulai di kelas 2, diantara teman2ku aku yang terpilih menjadi ketua OSIS akan tetapi semakin hari aku cendrung tumbuh menjadi murid yang semakin bandel, pelanggaran demi pelanggaran sering kulakukan, mulai belajar merokok, mulai sering berkelahi, tawuran, hampir setiap malam kerjaku hanya main domino, kalau ada guru yang tidak kami sukai maka malam hari ayamnya kami curi untuk disembelih dan dimakan bersama teman2 di kost-an.

Menginjak kelas 3 sudah tak terhitung pelanggaran dan kenakalan yang telah ku perbuat, malu rasanya jika harus kuuraikan satu persatu dalam tulisan ini. Pada masa – masa di kelas 3 ini, tibalah di suatu hari dimana pada hari itu orang tuaku datang ke rumah kost-ku, menceritakan suatu permasalahan yang terjadi di keluargaku. Orang tuaku memberiku ultimatum bahwa aku harus berhenti sekolah, dan kami sekeluarga harus pindah/pulang ke tempat asal kami yaitu di Bengkulu.
Sungguh mendengar berita ini bagaikan kiamat yang kualami dalam diriku.

Galau dan risau rasa dihati, bumi dipijak serasa bergoyang, langit kutatap serasa kelam … tak tau lagi apa mesti kuucap kala itu ….

Kucoba bulatkan tekad, kuatkan hati … kucoba patuhi keinginan orang tuaku, aku akan segera bersiap untuk berkemas dan pulang, harus kutinggalkan sekolah tercinta ini … seketika itu aku terbayang pada wajah Wali Kelasku yang sangat ku hormati, ingin sekali rasanya aku berpamitan pada beliau, namun ... seluruh raga ini masih lemas … rasanya akupun takkan sanggup tuk berkata-kata jika nanti berhadapan dengan beliau. Maka … dalam kegalauan hatiku kuminta pada orangtuaku untuk dapat mewakiliku menemui Wali Kelasku dirumahnya, meskipun hanya sekedar untuk berpamitan dan menyampaikan ucapan terimakasih kepada beliau.

Sepeninggal orang tuaku aku hanya mampu duduk termenung, tak tau apa mesti kuperbuat … hendak berpamitan pada teman-teman malu rasanya … hendak berkemas bingung memulainya …
Tak berapa lama … orang tuaku datang kembali setelah bertemu dengan wali kelasku, beliau duduk dihadapanku … ketika itu aku masih duduk terpaku tanpa semangat. Beliau mulai berkata “Nak, mungkin sebaiknya kau jangan dulu berhenti sekolah”. Sungguh aku tercengang mendengar ini, aku sungguh bingung, ragu dan tak percaya … akan apa yang barusan orang tuaku katakan,  apa gerangan yang telah disampaikan oleh wali kelasku sehingga hanya dalam hitungan puluhan menit, orang tuaku berubah pikiran ???

Ditengah kebimbangan hatiku aku bertanya “terus bagaimana dengan biaya sekolahku nanti ?”, orang tuaku menjawab bahwa beliau akan mencari jalan keluarnya nanti, yang penting saat ini aku jangan berhenti sekolah dulu!!!.

Ya ALLAH !!! ini suatu mukzizat tak terhingga bagiku, ditengah kesusahan keluargaku, ditengah masalah yang menimpa, ditengah keputus asaan orang tuaku, tiba-tiba semangat beliau muncul kembali, dan ini terjadi setelah beliau bertemu ibu guruku / wali kelasku.

Mungkin bagi orang lain hal ini tidak begitu aneh, tapi bagiku ini adalah suatu hal yang sangat luar biasa, pertama : Orangtuaku (Bapakku) adalah orangtua yang menurut aku memiliki pendirian cukup keras dan tegas, jika telah memutuskan “A” maka belum pernah aku mendengar beliau berubah keputusan menjadi “B”, kedua : dengan segala kenakalan dan prestasi sekolahku yang sangat jelek dikala itu, adalah hal yang sangat mustahil bagiku jika masih ada guru yang mau mempertahankan aku. Tapi apa yang terjadi adalah justru kebalikannya … ALLAH HU AKBAR !!!

Akhirnya … meski dengan terseok – seok, meski dengan segala kesusahan panjang dimasa - masa berikutnya, dan meskipun harus makan seadanya yang terkadang itupun hasil dari kenakalanku. Aku berhasil menamatkan pendidikanku di sekolah yang tercinta ini.
Rasanya … aku tiada akan melupakan akan kejadian itu …

jika saja boleh aku berandai-andai ….
andaikan saja waktu itu aku harus benar-benar berhenti sekolah …
andaikan saja kala itu orangtuaku tidak merubah keputusannya …
andaikan saja waktu itu wali kelasku tidak mempertahankan aku …
ohhh … entah jadi apa aku saat ini ???

Kini ….
Dengan hanya berbekal pendidikan dari SMTP terncinta ini, setidaknya aku telah banyak memperoleh pengalaman hidup yang berharga, mulai dari pekerjaan yang paling kasar, sedang, sampai pekerjaan yang paling ringan (yang hanya bersifat administratif) pun pernah aku jalani.
Mulai dari jabatan paling bawah sampai jabatan yang harus memimpin setidaknya beberapa puluh orang yang notabene sebagian besar lebih tua dan lebih berpengalaman pun pernah kualami. Bagiku … naik turunnya roda kehidupan sudah merupakan hal yang biasa dan tidak terlalu mengejutkan …

Dan secara materi … meskipun belum berlebih, setidaknya aku sudah dapat mencukupi kebutuhan keluargaku, menafkahi anak istriku, serta tidak bergantung pada belas kasihan orang tua, sanak saudara ataupun orang lain.

Puji syukur aku panjatkan kehadirat ALLAH, atas berkah dan rahmat Nya sehingga aku telah diberi kesempatan bersekolah di SMTP tercinta ini … dan juga rasa terimakasihku yang tiada terhingga aku haturkan kepada Bapak / Ibu guruku yang telah membimbingku selama sekolah disini.

Kepada Bapak / Ibu Guruku tercinta … maafkan atas segala kesalahan, segala kebodohan serta segala kenakalan yang pernah ku perbuat di sekolah ini. Maafkan juga anak didikmu ini yang sampai saat ini belum mampu membalas jasa dan budi baik Bapak / Ibu Guru sekalian. Terkhusus untuk Ibu Guru / Wali Kelasku di kelas III, Salam hormat dan Sembah Sujud dari aku anakmu.

Aku berharap tulisan singkat ini menjadi monument dalam hidupku, menjadi prasasti dalam sanubariku atas jasa-jasa Bapak / Ibu Guru sekalian, sehingga sampai kapanpun jasamu tetap kukenang.


Salam/Sembah sujud ananda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar